Pages

Rusia Siapkan “Tombak Maut” R-36M2 Voyevoda Hadapi Perisai Rudal NATO

Wednesday, January 11, 2012

Rusia menyimpan banyak kenangan “pahit” terhadap NATO khususnya AS. Jika orang ada yang beranggapan bahwa setelah era perang dingin usai lantas perseteruan antara Moskow dan Washington akan surut seketika kelihatannya tidak akan pernah terjadi seperti itu.

Moskow dan Washington secara terbuka maupun tertutup berusaha mempertahankan hegemoni masing-masing. Bedanya Washington kelihatannya menguasai di berbagai lini dan fron dalam menggalang dunia dengan konsep “One World” pada program Globalisasi yang sudah mulai terlihat wujudnya, Moskow malah tertatih-tatih dengan program Union Rusia atau Rusia Bersatu.

Jika negara-negara Barat berlomba-lomba mencari dukungan AS agar dapat masuk dan menjadi anggota NATO tidak demikian halnya dengan blok Rusia, pakta Warsawa dengan blok Timur hancur berkeping-keping. Bahkan pakta yang ditandatangani di kota Warsawa (Polandia) pada 14  Mei 1955 yang pada awalnya beranggotakan 8 anggota negara Eropa Timur luluh berantakan pada tanggal 31 Maret 1991  saat  dengan resmi dinyatakan “Bubar Barisan.”

Tak hanya itu, Polandia tempat bersemainya bibit persatuan Blok Timur pada era perang dingin itu malah kini menjadi pusat perisai Rudal anti Rudal milik NATO yang arahnya mengarah seluruhnya ke Rusia. Meskipun AS (NATO) mengatakan alasan penempatan perisai rudal balistik (ICBM) itu hanya untuk menahan gempuran “si anak nakal” Iran yang mungkin iseng-iseng membakar “petasan” rudal jarak menengahnya (MRBM) Rusia tidaklah sebodoh itu.

Logikanya mana mungkin jarak jangkau MRBM Iran yang paling canggih sekalipun menjangkau Washington dan Eropa Barat, paling tidak teknologi Iran saat ini bukanlah ancaman potensial terhadap Eropa Barat apalagi sampai ke AS.

Dalam masalah dukung mendukung antar negara pun ke duanya masih sarat berseteru. Ketika Rusia (dahulu Uni Soviet-red) intervensi Afghanistan era 1980-an, saat itu AS sibuk  menggalang kerjasama dengan kekuatan Islam radikal dengan membantu kaum Mujahidin. Perlawanan Mujahidin akhirnya berhasil mengusir intervensi Rusia. Sekali lagi, mereka memendam kekecewaan teramat dalam terhadap AS.

Ketika Mujahiddin sudah mulai membalelo terhadap AS, giliran pendekatan dilakukan ke Taliban oleh AS. Lalu seperti nasib para pendahulunya giliran Taliban yang diburu oleh AS (NATO) karena -dianggap- berkaitan dengan Al-Qaeda organisasi teroris nomor satu yang ada dalam benak AS.

Dimanakah posisi Rusia dalam kaitan Taliban-Al-Qaeda dan Mujahidin untuk memberi pelajaran “balas dendam kesumat” Rusia terhadap AS? Tidak besar pengaruhnya malah dapat dikatakan tidak signifikan sama sekali. Rusia tidak dapat memanfaatkan momentum eskalasi pertikaian antara AS dan Mujahidin-Taliban-Alqaeda baik secara parsial maupun sekaligus.

Rusia mungkin tepat menjadi penonton saja akibat krisis ekonomi dan konsentrasi pada pembenahan internal baik membenahi politik dalam negeri maupun berjuang menjaga stabilitas Ekonomi dalam negeri akibat percobaan melepaskan diri Cehcnya dari Rusia dan masalah politik lainnya.

Dalam pentas politik dunia pun di PBB antara Rusia dan AS sering sekali memperlihat sikap yang bertentangan dan berseberangan. Tentu semua dipandang dari sudut kepentingan politik masing-masing. Jika AS memandang perlu dan penting menjaga seluruh kepentingan Israel dan mendapat persetujuan mayoritas pendukung suara AS dan NATO secara terang-terangan, tidak demikian halnya dengan Rusia yang mencoba membela Libya era Khadafi, Palestina dan Korut misalnya, tak ada dampak positif yang berarti.

Jika Rusia mempunyai rencana yang sama terhadap Iran bahkan beberapa negara sosialis lainnya baik di Asia, Amerika Selatan, Amerika Utara dan Afika tak jarang dominasi Rusia terpatahkan oleh tangan-tangan gurita AS (NATO). Ibarat tentakel-tentakel yang melumpuhkan dan meremukkan lawannya apapun kepentingan Rusia -sekalipun mendapat kawalan China dalam forum dunia- sering terganjal tidak mencapai hasilnya kecuali bisa berbagi atau bernegosiasi dengan AS dan NATO dalam bidang apapun dan sekecil apapun.

Dendam membara siapkan tombak maut

Apakah Rusia tidak pantas jengkel dan membara akibat kalah melulu dalam diplomasi dan kalah dalam merebut pengaruh dunia? Rasa-rasanya belum puas bagi AS dan NATO sebelum melihat Rusia benar-benar jatuh tersungkur seperti tersungkurnya Irak yang awalnya dilukiskan sebagai sosok yang menyeramkan dan membahayakan dunia namun ternyata (belakangan)  tidak memiliki potensi bahaya sebagaimana yang diduga  pada awalnya.

Rusia menyadari betul hal ini. Pilihannya adalah : Kembali menciptakan Ruisa Bersatu dan memperkuat sistim pertahanan Nasional. Maka sejak dua dekade terakhir, Rusia telah menyiapkan program jangka panjang (1990 - 2020)  dalam meningkatkan daya saing dan kemampuan bidang pertahanan melawan kedigdayaan AS dan NATO.

Muncullah benda-benda atau peralatan tempur yang aneh dan menyeramkan. Selain sosoknya yang gempal, gendut dan berat juga muatannya berisi tingkat resiko yang benar-benar mematikan dan menciutkan nyali lawan. Benda-benda berciri khas seperti itu sepertinya lebih disukai untuk menambah daya seramnya karena sosok atau tampilannya memang membuat alis berkerut dan ‘kagum’ melihatnya.

Peralatan militer ampuh yang dimiliki Rusia sangat banyak, beberapa diantaranya dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini :

    Jika AS  memiliki pesawat tempur (salah satu) paling mematikan abad ini  F-22 “Raptor” maka Rusia memiliki peralatan yang sama, yaitu Sukhoi T-50 PAK FA (masih produk uji coba saat ini sejak 29 Januari 2010).

    Jika AS memiliki bom jenis  Hydrogen yaitu Bom Mike  seberat 82 ton dan Bom Castle Bravo seberat 10,7 ton

    Tsar Bomba, sang monster bom milik Rusia. Kekuatan ledaknya setara dengan 50 megaton TNT.

    (panjang hanya 4,6 meter) yang kekuatannya setara dengan 1200 kali bom atom di Nagasaki (1945),  Rusia juga punya monster ” Tsar Bomba”  seberat 27 ton (panjang 8 meter) atau Rajanya bom dari segala bom yang ada. Awalnya, Tsar Bomba  (daya ledak 50 Megaton TNT) direncanakan memiliki daya ledak sebesar 100 Megaton TNT tetapi dibatalkan karena berdampak luas bagi atmosfir. Ketinggian Jamur Api yang dihasilkan oleh bom ini setinggi 64 kilometer, ionisasi dari ledakan menyebabkan gangguan radio komunikasi selama berjam-jam.

    Jika AS memiliki Kapal Selam nuklir kelas Ohio, Rusia juga punya Kapal Selam Kelas Thypoon  berbobot 26.000 ton ini membawa misil nuklir antara benua.

    Jika AS punya tank tempur utama (MBT) yang paling mutakhir M1 Abrams , Rusia juga memiliki yang tak kalah mutakhir yaitu T-90 S.

    Jika AS punya Kapal Induk paling mutakhir USS George Bush , Rusia punya  Kapal Induk Admiral Kuznetsov yang memiliki perlengkapan rudal antar benua berhulu ledak nuklir menjangkau seluruh Eropa.

    Jika  AS punya Misil antar benua paling mutakhir Peacekeeper MX ICBM yang memiliki 10 hulu ledak nuklir, Rusia juga punya si “bongsor” yang tak kalah hebat yakni R-36M2 Voyevoda ICBM. Si Bongosr seberat 8,8 ton ini mengangkut 750 kilo ton TNT dan memiliki 10 hulu ledak nuklir.

    Dan lain-lain arsenal yang tidak kalah canggih dan mengerikan dampaknya.

Si Bongsor R-36M2 Voyevoda /SS-18 ICBM.

Sebetulnya Rusia sedang mengembangkan rudal balistik yang tidak kalah mengerikan yaitu Rudal Bulava yang lebih gendut, namun dari 17 kali ujicoba 7 kalinya mengalami kegagalan sehingga si bongsor yang satu ini kita singkirkan saja dahulu, kita melirik ke si bongsor yang lebih ramping yaitu Voyevoda.

Benda ini memang mengerikan, kecepatannya hampir 8 kilometer per DETIK melebihi kecepatan MX buatan AS. Tak heran, NATO memberi nama lain untuk si bongsor ini yaitu “SATAN” (Setan) dan lebel SS-18 untuk seluruh variannya dari R-36M sampai R-36M2. Beberapa spesifikasi si “Setan Bongsor”  ini adalah :
Berat badan     209.600 kg (£ 462.000)
Panjang     32,2 m (106 kaki)
Diameter     3,05 m (10,0 ft)
Hulu ledak     Tiga tahapan fisi-fusi-fisi, lebih dari 20 Mt TNT
Peledakan
mekanisme     Airburst
Mesin     Dua-tahapan cairan propelan
Operasional
rentang     10,200-16,000 km (tergantung pada R-36M varian rudal)
Kecepatan     sampai dengan 7,9 km / s
Bimbingan
sistem     Inersia, otonom
Ketepatan     220-700 m CEP (tergantung pada R-36M varian rudal)

Menurut Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, Panglima Kesatuan Rudal Strategis Rusia (Strategic Missile Forces/SMF) Letnan Jendral Sergei Karakayev Rusia akan melakukan uji coba misil terbaru ini sebanyak 11 kali dalam tahun 2012. “Rudal ini dirancang khusus untuk menembus sistem perisai rudal rancangan AS. Rudal tercanggih milik Rusia ini memiliki kemampuan manuver lebih baik dibandingkan seluruh pendahulunya dan terkontrol akibat sistem pengendalian bahan bakar (mempengaruhi kecepatan) lebih baik.” dalam penjelasannya kepada wartawan di Moskow baru baru in.

Rusia benar-benar serius untuk program ini. Mereka akan mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dirancang khusus untuk menembus sistem perisai rudal rancangan AS. Rudal baru ini akan menggunakan bahan bakar cair sehingga memiliki kemampuan bermanuver lebih baik dibandingkan pendahulunya.

Demikian rekan pembaca budiman sekilas tentang persiapan Rusia menembus barikade Rudal AS (NATO) baik di Polandia maupun untuk membalas dendam kesumat mereka terhadap kedigdayaan AS di mana saja dan kapan saja. Sanggupkah Rusia melakukannya, kita lihat saja nanti. Namun pertanyaannya adalah :

    Apakah AS akan tinggal diam memordenisasikan  dan mengembangkan arsenal tempur mereka?

    Jika benar-benar senjata pemusnah masal itu digunakan siapakah yang akan jadi korban? Akankah dunia ini akan mundur 50 sampai 100 tahun ke belakang untuk menata lagi kehidupan barunya yang bebas dari hegemoni atau persaingan merebut dunia?

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Copyright © 2013 THE ADVENTURE OF AVA. All Right Reserved. Powered by Bimbingan Belajar.